Sakit Hati
Sakit hatiku, waktu kamu bilang huruf kapital di awal kalimatku membutmu sakit mata. Aku memikirkan banyak hal tentang kondisi kesehatanmu. Apakah kamu semakin menua? Sehingga tidak bisa melihat kebenaran yang nyata terpampang di depan matamu? Sehingga kamu melupakan kaidah yang sudah dibuat dan disepakati bersama oleh ahli bahasa kita? Apa karena kamu menua, kesehatanmu menurun, terkena katarak, sehingga matamu tidak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah? Padahal kamu sudah mempelajarinya sejak kamu mulai bersekolah, bertemu dengan pelajaran Bahasa Indonesia, bertemu dengan kaidah penulisan yang berdasarkan EYD V.
Tapi tapi tapi, mungkin nggak sih, matamu tertekan? Terlalu banyak menonton, mengonsumsi konten negatif? Atau kamu terlalu banyak menatap layar biru yang tiada pernah kamu tinggalkan barang sejenak untuk beraq? Setiap detik, menit, jam, hari hingga tahun berganti kamu tetap sama. Menyalahkan orang lain atas perilakumu sendiri. Kamu egois, tidak memperhatikan dan mengindahkan apa yang benar. Kamu cenderung mempercayai ucapan dan trend yang kamu tonton, padahal belum nyata kalau tren itu adalah suatu yang benar. Bisa-bisa apa yang kamu lakukan akan menjadi bumerang untuk dirimu sendiri.
Seperti orang merokok. Tidak tahu tempat. Tidak tau kalau di rumah sakit itu dilarang merokok. Tidak tahu kalau di tempat ber-AC itu dilarang merokok. Tidak tahu kalau dijalan sambil berkendara itu dilarang merokok. Tidak menghiraukan peringatan yang ditampilkan pada kemasan rokok. Merokok membunuhmu, padahal yang membunuhmu adalah kelakuanmu sendiri. Sekali lagi kamu buta pada kebenaran yang ada.
Kamu selalu melupakan, kalau kelakuanmu itu sangat mempengaruhi orang-orang yang kamu sayangi. Aku nggak peduli kalau itu demi kebaikanmu, untuk menjaga kewarasanmu. Tapi yang kamu lakukan itu menyakitiku juga menyakiti dirimu sendiri. Mungkin kamu akan sadar saat dirimu menderita hal yang sama seperti apa yang aku rasakan. Boleh jadi, kamu menyadarinya saat orang yang kamu kasihi dan sayangi berpulang karena perilakumu yang amoral.
Oiya lupa, orang yang tidak bertanggungjawab terhadap amanah yang dititipkan dari pencipta-Nya tentunya nggk akan sadar akan hal itu. Kecuali kelak ketika ia masuk kedalam Jahannam.
Komentar
Posting Komentar